Sahabat sejati akan tetap bersama kita ketika kita merasa seisi dunia meninggalkan kita. -Unknown
For my everlasting bestfriend where ever you are ...
Dear my lovely bestfriend,
Hai sahabatku, apa kabar? Sudah lama sekali sejak terakhir aku mengetahui kabarmu. Kuharap kau selalu baik-baik saja dimanapun kau berada.
Kau masih ingat padaku, kan?
Atau mungkin kau memang sudah melupakanku?
Itu wajar kok, karena semenjak kejadian itu kita memang jarang bertemu dan kau tidak mau membalas satupun pesanku padamu.
Aku mungkin memang pengecut karena tak berani meminta maaf padamu secara langsung.
Tapi bagaimana caranya aku menemuimu jika kau bahkan secara terang-terangan menghindariku meskipun rumah kita (read: Kos) hanya terpaut beberapa meter. *sigh*
Tetapi, yah itu memang hak mu apa kau mau menemuiku atau tidak.
Yang jelas aku benar-benar dengan tulus meminta maafmu.
Sahabatku,
Taukah kau?
Hari ini saat aku dalam perjalanan pulang kuliah aku teringat padamu, pada semua kenangan kita.
Kau masih ingat? Pertemuan pertama kita yang terjadi tanpa sengaja.
Waktu itu aku yang datang terlambat kebagian bangku paling depan, tepat di sebelahmu.
Kita berkenalan dan dari situ aku tau kalo kita berasal dari daerah yang sama, kau teman SMP teman SMAku sekelas (bingung?), dan ajaibnya lagi kos kita berdekatan.
Sejak saat itu aku merasa kita bisa menjadi teman dekat dan bahkan sahabat.
Sahabatku tersayang,
Setelah banyak kejadian, kita pun menjadi sahabat dekat.
Entah siapa yang memulai dan kapan dimulai.
Tak pernah ada kata pembuka yang memulai awal persahabatan kita.
Kita dekat, kita bersama, dan kita bersahabat. Cukup manis, kan?
Sahabatku yang selalu ku sayangi,
Persahabatan kita pun berjalan seiring dengan waktu.
Kita nyaris tak terpisahkan.
Kita tak sama, tentu saja.
Bahkan bisa dibilang kita sangat berbeda.
Namun, itu semua nyaris tak menghalangi persahabatan kita.
Kita tetap berjalan, mengalir, beriringan, dan bersama.
Mendukung satu sama lain dan menghadapi kesulitan bersama.
Saling menopang bahu satu sama lain, saling bersandar, saling mengadu punggung satu sama lain, saling menggenggam tangan, dan saling mengusap air mata satu sama lain.
Kita bercerita banyak hal tentang hidup, tentang pelajaran *chuckle*, bahkan tentang cinta.
Sahabatku,
Taukah kau?
Teman-teman lain menganggapku beruntung bisa menjadi sahabatmu.
Bagaimana tidak?
Kau adalah salah satu mahasiswa terpandai di kelas.
Aku pun sering meminta bantuanmu untuk mengajariku.
Tapi aku hampir tak pernah meminta jawabanmu secara langsung.
Jujur, aku merasa sungkan. Aku takut kau menganggapku, bahwa aku hanya memanfaatkanmu.
Padahal tidak sama sekali.
Aku tulus menjadi sahabatmu.
Bukankah sahabat tak bisa dibeli dengan uang dan kepandaian?
Bukankah sahabat tak ingat kapan dan bagaimana ia bertemu?
Bukankah sahabat tak membutuhkan pengakuan satu sama lain?
Sahabatku tercinta,
Aku sungguh tak tau penyebab kemarahanmu padaku.
Kau mendadak menjauhiku.
Dan kita sudah tidak bertukar sapa hampir 1 bulan.
Kenapa kau tak mau mengingatkanku jika aku ada salah padamu?
Aku tau kau mungkin kecewa.
Tapi dari hatiku aku meminta maafmu.
Maafkan sahabatmu ini.
With full of love,
_yura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar