My second fanfic for One Piece. Pairing All Strawhat Crew and Nefertari Vivi ^^
Happy reading~
Thanks for Accept Me Here, an One Piece fanfic - fanfiction.net
OMAKE:
Happy reading~
Thanks for Accept Me Here, an One Piece fanfic - fanfiction.net
Note: Italic for inner
Thank's for Accept Me Here
DISCLAIMER : One Piece selamanya adalah mahakarya Eiichiro Oda-sensei
WARNING : AU, typo(s), stuck at title (as usual -_-)
GENRE : Family/Friendship sedikit Horror (maybe?)
RATING : T for Sanji's language
PAIRING : All Strawhat Crew X Nefertari Vivi mungkin ada sangat sedikit hint ZoRo dan SanNa, siapa tahu?
SUMMARY : AU. Ada seorang hantu (?) yang ingin mencari kehangatan keluarga.
"Katanya
di sini ada hantu perempuan yang ingin mencari teman." / "Terimakasih
sudah menerimaku. Inilah yang aku cari selama ini."
Langit
begitu gelap, awan tipis menyelimuti sebagian langit. Bulan purnama
menggantung dengan kokohnya dilangit, menyinari rumah tua yang cukup
besar itu. Rumah ala eropa itu berdiri dengan kokoh menyaingi
rumah-rumah kecil disekitarnya. Berbagai pohon pun tumbuh mengelilingi
rumah itu. Tak jauh dari gerbang rumah itu berdirilah seorang perempuan
yang berpakaian sederhana tanpa alas kaki. Kedua tangannya memeluk
tubuhnya sendiri, seakan-akan tubuhnya hendak hancur. Matanya yang
berwarna laut memandangi cahaya yang keluar dari jendela-jendela rumah
itu. Tak ada sinar dari matanya, hanya tatapan hampa yang menerawang.
Entah sejak kapan perempuan itu berdiri. Dia bahkan tak perduli dengan
angin yang menyayat-nyayat kulitnya. Hanya bulan yang menemaninya,
menyinari rambut biru panjangnya yang tergerai indah.
"Haaaah~ Kenapa kita harus keluar malam-malam begini sih?" Usopp menghela nafas.
"Be-benar.
Apalagi di sini menakutkan… Seharusnya aku menyuruh Zoro saja untuk
menggantikanku." Chopper merinding ketakutan sambil bersembunyi di
belakang Usopp.
"Ka-Kau benar Chopper. Apalagi daritadi aku merasa
ada yang meniup leherku." Usopp pun ikut-ikutan merinding dan
berpegangan dengan Chopper.
Chopper sudah akan berteriak kalau
saja tidak ada pukulan penuh amarah yang ditujukan untuk mereka berdua.
Dari seorang wanita yang juga ikut bersama mereka, Nami. "Diamlah kalian
berdua! Kalian membuatku takut tahu." Nami memarahi mereka karena Nami
juga merasa ketakutan dengan tingkah Usopp dan Chopper yang semakin
membuat segalanya menjadi lebih seram.
"Maaf Nami." Usopp dan
Chopper pun meminta maaf dan memilih diam, karena mereka masih belum mau
mati. Nami hanya bisa pasrah. Dia benar-benar lelah hari ini. Hampir
seharian berkutat dengan soal-soal Meteorologi yang sulit membuat otak
dan fisiknya lelah. Kenapa sih Luffy harus menyuruhku dan dua orang penakut ini keluar belanja malam-malam begini?
Mereka
melanjutkan perjalanan pulang mereka dalam keheningan. Usopp dan
Chopper memilih diam dan menahan rasa takut mereka daripada membuat Nami
marah, sementara Nami berjalan dengan memainkan handphone nya.
Namun ketika mereka sampai, mereka melihat ada sosok yang berdiri di
depan pagar rumah mereka. Mereka bertiga menelan ludah dan mulai
merasakan aura seram. Namun, akhirnya Nami memutuskan menyapanya
terlebih dahulu. "Se-Selamat malam." Nami mencoba tersenyum. "Sedang apa
di depan pagar ini? Apa ada yang bisa kami bantu?"
Perempuan itu
hanya menoleh sesaat lalu kembali memandang kosong ke arah rumah. Usopp
yang melihat perempuan itu ikut mendekat "A-Anu, Nona…" kata Usopp
mencoba bicara walau tergagap-gagap, "Apa kau punya keperluan dengan
kami?"
Chopper yang bersembunyi di belakang Usopp—dengan terbalik
tentu saja, hanya bisa menahan ketakutannya dan terus menatap perempuan
itu. Namun, perempuan itu seakan tak peduli. Dia masih mengacuhkan
mereka bertiga dan tetap memandang ke arah rumah itu. Nami, Usopp, dan
Chopper berpandangan dengan heran, lalu mereka mengangguk dan memutuskan
untuk mengajak gadis itu masuk ke dalam rumah.
"Ayo masuk dulu,
di dalam ramai lho." ajak Nami sambil menggenggam tangan perempuan itu.
Namun, sesaat kemudian Nami menarik kembali tangannya saat merasakan
sengatan dari kulit perempuan itu, tangannya begitu dingin. "Ya ampun,
sudah berapa lama kau menunggu di luar? Ayo masuk. Di dalam banyak
makanan dan pakaian hangat." ajak Nami sembari mengajak gadis itu masuk.
Disusul dengan Usopp dan Chopper yang mengekor di belakangnya.
Robin menyambut kedatangan mereka di pintu dengan senyum manisnya yang selalu ia tunjukkan.
"Kalian
sudah datang—" kalimatnya terhenti sebentar saat ia melihat ada sosok
asing di sebelah Nami. "Oh ada tamu ya. Selamat datang." Robin tersenyum
penuh arti.
"Robin, ditaruh di mana belanjaan ini?" potong Usopp tak sabaran.
"Di dapur Usopp. Berikan saja pada Sanji.
"Eh
kalian sudah pulang?" kata Luffy terengah-engah setelah bercanda dengan
Brook dan Franky. "Lho ada tamu ya? Selamat datang di rumah kami,
Shishishi…" Sambut Luffy dengan senyum lebarnya. Gadis bermata biru itu
hanya tertegun melihat Luffy. Dia terlihat terkejut, namun sesaat
kemudian ekspresinya berubah kembali menjadi datar.
Sesaat
kemudian terdengar teriakan Sanji yang mengatakan kalau makan malam
sudah siap. Luffy pun bergegas menuju ke meja makan tanpa memperdulikan
apapun.
"Astaga Luffy! Setidaknya dia kan bisa menawari perempuan
ini untuk ikut makan atau apa. Bukannya melesat lebih dulu seperti itu."
Nami geleng-geleng kepala melihat tingkah Luffy.
"Fufufu. Memang begitulah dia, Nami. Sana kau makanlah duluan, nanti aku menyusul." Kata Robin sambil tersenyum.
"Eh, kenapa Robin-neechan tidak sekalian makan?"
Robin
tersenyum sambil melirik ke arah perempuan berambut biru langit di
sebelahnya, "Aku akan makan, Nami. Tapi nanti setelah aku mengambilkan
perempuan ini baju ganti dan pakaian hangat. Kau duluan saja. Aku tau
kau sangat lelah hari ini." Robin menjawab sambil mengedipkan matanya.
"Baiklah
nee-chan. Cepatlah makan. Aku akan memastikan jatahmu dan gadis itu
tidak akan diambil oleh Luffy." Nami berteriak sembari berlari menuju
ruang makan. Robin hanya tersenyum dan mengajak perempuan itu masuk ke
dalam kamar.
Suasana
di ruang makan sangat ramai, seperti biasa. Luffy yang berusaha
menjangkau apa-apa saja yang ada di sekitarnya, asal comot makanan
orang. Zoro dan Franky yang sedang beradu minum, yang satu minum sake
dan satunya minum cola. Sanji yang sibuk mondar-mandir dari dapur
ke meja makan untuk menyiapkan hidangan tambahan. Brook yang makan
dengan riang sembari memainkan biolanya sesekali. Usopp dan Chopper yang
dengan sekuat tenaga menyelamatkan makanan mereka dari tangan Luffy,
dan Nami yang sibuk menyelamatkan yang mungkin diselamatkan untuk Robin
dan perempuan itu.
Saat
keributan sedang dalam puncaknya Robin dan perempuan itu memasuki ruang
makan. "Wah kalian makan seperti biasanya ya." ucap Robin santai sembari
mengambil tempat di sebelah Nami dan mempersilahkan perempuan itu duduk
di sebelahnya. "Perkenalkan, ada orang baru di sini." Robin mengenalkan
perempuan itu kepada semua temannya.
"Gadis yang sangat cantiiiiiiiikkkkkkkkkkk~" Sanji bermelorine
kegirangan dan mendekat ke arah perempuan itu. "Siapakah gerangan nama
Anda?" Sanji berlutut dan bermaksud mencium tangan perempuan itu saat
ada panci dilempar ke arahnya.
"Sanji-kun cepat kembali dan
siapkan makanan untuk Robin-neechan dan gadis itu!" Nami menatap Sanji
dengan galak dan err… sepertinya sedikit cemburu.
Sanji
dengan patuh menuruti permintaan Nami dan segera menyiapkan makanan
untuk perempuan itu dan Robin. Sementara Usopp dan Chopper masih
memandang perempuan itu dengan sedikit ketakutan namun masih berusaha
tersenyum padanya. Franky hanya menatap perempuan itu sejenak dan
kembali meneruskan aktivitasnya. Brook langsung mendekati perempuan itu
dan seperti biasa, meminta izin melihat pakaian dalamnya, yang langsung
disambut lemparan piring oleh Nami. Dan aksi Nami membuat Robin hanya
tersenyum seperti biasa. Sedangkan Zoro tampak menyelidiki perempuan
itu. Zoro melihat perempuan itu dengan cukup lama dan intens,
nampaknya ia sedang mengingat sesuatu. Zoro kemudian memandang Robin,
saat mata mereka bertemu Robin seperti menyampaikan jawaban pertanyaan
Zoro. Zoro pun mengerti dan melanjutkan aktivitasnya.
"Makanlah yang banyak. Masakan Sanji paling enak lho. Shishishi…" Luffy menggigit daging sambil tertawa.
Perempuan
itu tertegun kembali. Dia hanya memandang mereka semua dengan
keheranan. Perempuan itu nampak heran melihat orang-orang di
sekelilingnya yang aneh. Seorang pemuda ceria, yang entah polos atau
bodoh dan begitu saja mau menerimanya tanpa ada prasangka sedikitpun.
Seorang laki-laki yang sedari tadi menatapnya tajam, namun tidak
berkomentar apa-apa. Lalu, gadis manis tetapi galak yang tadi
mengajaknya masuk. Tampaknya dia memang penguasa di rumah ini. Atau
begitulah pikir gadis itu karena melihat Nami yang mampu mengendalikan
keanehan teman-temannya. Gadis itu menoleh dan melihat seorang pemuda
berambut keriting yang sedari tadi gemetar ketakutan saat melihatnya,
namun tetap berusaha ramah kepadanya. Ada juga seorang pria
tampan—sepertinya dia adalah koki di sini—yang sedari tadi bersikap
manis kepadanya dan menari-nari aneh. Lalu seorang anak
kecil—tampaknya—yang imut, baik hati dan polos tetapi masih memandangnya
dengan takut, walaupun sekarang sudah tak terlalu kentara. Kemudian,
gadis itu memandang wanita di sebelahnya. Wanita berambut raven yang
anggun dan cantik, yang hanya tersenyum dan tertawa melihat tingkah
polah teman-temannya. Lalu, ada juga seorang pria yang tampaknya sedikit
lebih tua daripada yang lain, sedang berpose tidak jelas, namun hal itu
mampu membuat kagum tiga orang bodoh lainnya di tempat itu. Dan yang
terakhir, seorang kakek—pikir perempuan itu—yang suka mengeluarkan
lelucon garing dan yang tadi meminta celana dalamnya, namun pandai
memainkan alat musik yang membawa perasaan nyaman.
Meskipun
masih merasa heran, namun setelah melihat senyuman Luffy dan bagaimana
cara Luffy tadi menyambutnya, perempuan itu mulai mengerti sesuatu.
Tampaknya ia pun mulai merasakan perasaan hangat yang mengaliri
tubuhnya. Perasaan hangat yang menyenangkan dan membuatnya tersenyum
tanpa disadarinya. Robin yang melihatnya tersenyum hanya ikut tersenyum
penuh arti.
Setelah
acara makan itu selesai, semua orang kini berpindah dari ruang makan
menuju ke ruang tengah, tempat biasa semuanya berkumpul.
"Apa yang akan kita lakukan hari ini?" Luffy bertanya dengan penuh semangat.
"Bagaimana kalau malam ini kita buat ecchi-night saja?" usul Brook yang langsung disetujui Sanji dan disambut amukan Nami.
"Bagaimana
kalau kita bercerita saja?" Zoro memberikan usulnya. "Kebetulan aku
punya cerita—" Zoro memotong perkataannya. "—Yang lumayan seram." Zoro
mengakhiri perkataannya dengan seringaian seram yang membuat Nami, Usopp
dan Chopper merinding ketakutan. Namun, Luffy malah tampak bersemangat
dan menyuruh Zoro mulai bercerita. Zoro memandang Robin sekilas yang
hanya dibalas Robin dengan anggukan dan senyuman samar. Zoro menghela
nafas dan mulai bercerita.
"Jadi, beberapa hari yang lalu saat aku
dan Robin melaksanakan piket belanja kami, kami diberitahu oleh orang
di sekitar sini. Mereka bilang di sekitar sini ada hantu perempuan yang
sedang mencari teman." Zoro sengaja menggantung kalimatnya.
Usopp,
Brook dan Chopper memeluk Franky. Nami merapatkan tubuhnya ke Sanji,
yang membuat Sanji sedikit salah tingkah. Luffy terlihat sangat
bersemangat. Sementara Robin hanya tersenyum.
"Bisakah kalian sedikit menjauh dariku? Kalian membuatku risih tau." Franky memarahi mereka bertiga.
"Ayo, Zoro lanjutkan lagi ceritanya." Luffy tersenyum lebar yang membuat semuanya sweatdrop.
Zoro
pun melanjutkan ceritanya. "Hantu perempuan itu akan mendatangi
rumah-rumah di sekitar sini untuk mencari teman. Dia tidak akan tenang
jika dia belum menemukan apa yang dia cari." Zoro bercerita dengan nada
lebih dalam dan pelan yang membuat suasana lebih mencekam. Kali ini,
hampir semua orang menahan nafas mereka, hanya Luffy yang masih
tersenyum senang. Setelah hening sesaat, Zoro melanjutkan kembali
perkataannya.
"Dan hantu perempuan itu… Sekarang ada di samping
kalian." Zoro tiba-tiba menaikkan nada suaranya yang berhasil membuat
semua kru melonjak kaget, kecuali Luffy dan Robin. Usopp, Chopper,
Franky dan Brook berpelukan satu sama lain. Nami memeluk Sanji secara
refleks sambil berteriak, yang membuat wajah Sanji bersemu merah.
Sedangkan Luffy malah tertawa terbahak-bahak dan Robin tersenyum lebar
pada Zoro, yang dibalas Zoro dengan senyuman juga.
"Dasar
Marimo keparat pembohong! Kalau kau pikir aku akan percaya pada cerita
bualanmu itu, kau salah besar." Sanji membentak Zoro.
Zoro hanya
memandang Sanji sekilas, "Aku tak ada keuntungan membohongimu, Alis
lingkar! Seperti yang ku katakan tadi, aku hanya mendengar ini dari
penduduk sekitar sini."
"Dia tidak bohong." kata perempuan tadi. Semua orang kini memandang ke arah perempuan itu.
"Ah.
Jangan percaya pada Marimo ini. Dia hanya ingin menakut-nakuti kita."
Sanji berkata pada perempuan itu. Zoro hanya mengangkat bahu.
Perempuan itu mengangguk perlahan, lalu ia menatap satu persatu orang di hadapannya, "Aku ingin bertanya pada kalian."
Semua
kru memandang perempuan itu. Perempuan itu tampak mengambil nafas
sejenak, "Mengapa... Mengapa kalian mau menerimaku di sini? Padahal
kalian tidak mengenalku. Kalian tidak tau asal usulku ataupun siapa aku.
Tetapi, mengapa kalian mau menerimaku di sini?" tanyanya dengan
keheranan.
Semua yang ada di situ tersenyum.
"Yah, kau tau. Semua orang diterima di sini." Jawab Chopper.
"Benarkah?" tanya perempuan itu lagi.
"Ya. Bahkan orang aneh sepertiku juga diterima." Brook ikut menjawab sambil tertawa.
"Si
bodoh Luffy itu tak akan keberatan menerima siapapun di sini, asal
jatah makannya tidak berkurang. Hasilnya, dalam rumah ini ada beberapa
orang aneh yang terlihat seperti setengah manusia." Sanji ikut menyahut
sambil memandang Chopper, Franky dan Brook yang malah kegirangan.
"Kau
tahu. Luffy tak pernah membeda-bedakan orang. Siapapun dia, darimanapun
asalnya, pasti akan diterima di sini." Nami menjawab sambil tersenyum
pada perempuan itu.
"Yah, bahkan berandalan sepertiku juga diterima." Franky menjawab dengan bangga.
Luffy
tersenyum senang. "Itu karena bersama-sama jauh lebih menyenangkan
daripada sendirian. Sendirian itu lebih menyakitkan daripada rasa sakit.
Jadi, supaya aku tidak sendirian, aku menerima mereka semua di sini."
Luffy menjawab dengan senyuman lebarnya.
Perempuan
itu tersenyum. Setelah sekian lamanya, akhirnya dia merasakan
kehangatan di relung hatinya. Dia merasa nyaman di sini. Inilah
tempatnya, tempat yang dia cari-cari selama ini.
"Aku rasa sudah
saatnya aku pergi." ucap perempuan itu sembari melepas baju hangat yang
diberikan Robin. Semua kru memandang perempuan itu dengan heran.
"Sudah mau pergi? Kau sudah menemukan yang kau cari?" Robin bertanya pada perempuan itu.
"Sudah." perempuan itu mengangguk, "Lagipula aku harus segera pulang."
Perempuan
itu lalu berjalan ke arah Zoro, "Kau tidak pandai bercerita, padahal
ceritamu lumayan bagus." kata perempuan itu disertai tawa melengking.
Semua orang kembali hening dan mulai merasa ketakutan.
"Ka-kau ini jangan-jangan…" Nami bertanya dengan gemetar.
"Ya
benar. Aku adalah hantu perempuan dalam cerita barusan." Perempuan itu
menjawab dengan kaki yang mulai transparan. Sambil tersenyum samar, dia
memandang satu persatu anggota topi jerami.
"Tetapi terimakasih
untuk ajakanmu waktu itu." kata perempuan itu kepada Zoro. Zoro hanya
mengangguk singkat. Perempuan itu menatap ke arah Robin, "Juga kepadamu
atas baju hangat dan ucapanmu waktu itu." Robin hanya tersenyum.
"Katakan siapa namamu?" tanya Robin sesaat sebelum tubuh perempuan itu benar-benar menghilang.
"Namaku
Vivi, Nefertari Vivi. Terimakasih sudah menerimaku. Inilah yang aku
cari selama ini." ucap perempuan itu sambil tersenyum dan menghilang
dari pandangan.
Semenit
kemudian terjadi keheningan dalam ruangan itu. Setelah itu semua kru
memandang Zoro dan Robin bergantian dengan berbagai macam pertanyaan
yang muncul di pikiran mereka.
"Aku tau perempuan tadi hantu itu. Lihat saja matanya! Sama sekali tidak ada hawa kehidupan." Zoro menjawab sebelum ia ditanya.
"Aku
dan Zoro bertemu dengannya seminggu yang lalu saat piket belanja.
Setelah kami diberitahu penduduk sekitar, kami bertemu dengannya di
depan gerbang. Waktu itu kami sudah mengajaknya masuk, namun dia terus
menolaknya." sambung Robin menjawab pernyataan Zoro. "Setelah itu selama
seminggu ia terus-menerus berdiri di depan, sampai hari ini Nami dan
yang lainnya membawanya masuk." Robin melanjutkan penjelasannya.
"Apa kalian sempat berbicara dengannya sebelumnya?" Luffy bertanya pada Zoro dan Robin dengan mata yang berbinar-binar.
"Ya.
Aku mengajaknya berbicara dua hari yang lalu. Tetapi, dia terlihat
sedikit canggung, jadi aku menyuruh Robin menemaninya." Zoro menatap
Robin mencari persetujuan.
"Dan aku lalu menawarinya untuk masuk
ke dalam, tetapi ia terus menolaknya. Aku pun bertanya kepadanya apa
yang dia cari, dan dia bilang dia ingin mempunyai teman. Dia ingin
merasakan kehangatan keluarga. Aku berkata kepadanya kalau di dalam dia
akan menemukan apa yang dia cari. Dan saat aku dan Zoro ingin
mengajaknya masuk, tiba-tiba perempuan itu menghilang dan muncul lagi
keesokan harinya." jawab Robin mengakhiri penjelasannya sambil tersenyum
menerawang.
"Ja-jadi aku tadi menuntun… Hiiyyyy…" Nami merinding sendiri.
Sementara
kru lain hanya tertawa ganjil. Tidak menyangka mereka akan kedatangan
tamu seorang hantu. Mereka pun membubarkan diri dan meneruskan kegiatan
mereka masing-masing. Zoro dan Robin berpandangan sesaat dan tersenyum
penuh arti.
OMAKE:
Sebelum
semuanya benar-benar meninggalkan tempat itu Luffy berkata kepada
semuanya, masih dengan matanya yang berbinar-binar. "Ayo kita cari
keluarga baru hantu. Dia keren sekali karena bisa menghilang."
Semua
orang berpandangan sejenak dan mengangguk. "ITU MUSTAHIL LUFFY!"
semuanya kompak meneriakinya kecuali Robin yang hanya tersenyum.
… TAMAT …
A/N:
Saya
awalnya bingung menentukan tokoh hantu di fic ini. Alasan kenapa saya
memilih putri Vivi karena di cerita OP putri Vivi sempat menjadi
penghuni Merry dan berlayar bersama kru Topi Jerami. Dari situ putri
Vivi benar-benar merasakan hangatnya persahabatan dan kekeluargaan kru
Topi Jerami. Jadi saya pikir, putri Vivi adalah sosok yang tepat
memerankan hantu di cerita ini ^^ *alasan macam apa ini.
Oia, soal
genre Horror yang tidak terasa di sini jangan dipikirkan. Karena sejak
awal fic ini memang bergenre Friendship. Gomen, kalo kurang seram.
Nah! Ada keluhan? Kritik atau saran? Mungkin cacian atau pujian? Silahkan klik tombol review di bawah… Arigatou *bow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar