Fanfic ketiga tentang detective conan.
Review please~
Note: ‘_____’ = inner
Italic = flashback
Still Waiting for You
Detective Conan © Aoyama Gosho
Still Waiting for You © Yura
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Rating: T aja buat jaga-jaga
Pairing: Shinichi/Ran
Supported Cast: Ai Haibara, Shonen Tantei, Sonoko Suzuki, Kogoro Mouri, Araide-sensei dan Agasa-hakase (cuma disebutkan)
Supported Cast: Ai Haibara, Shonen Tantei, Sonoko Suzuki, Kogoro Mouri, Araide-sensei dan Agasa-hakase (cuma disebutkan)
Warning: Semi-Canon, OOC, alur agak rancu, PoV juga rancu, typo, dll.. But
please RnR..
Summary: Aku sudah menunggu selama
sepuluh tahun ... Jadi, sepuluh tahun yang lain tak akan masalah kan?
~(^o^ ~)(~ ^o^)~
Conan terbangun dan mendapati dirinya berada di ruang tamu rumah Profesor
Agasa.
”Huh ... Kenapa aku bisa ada di rumah Hakase?” Conan kebingungan
mendapati dirinya berada di rumah Profesor hingga dia tidak menyadari perubahan
yang terjadi pada tubuhnya.
”Hakase ... Hakase … !!!” Conan mencari-cari Profesor Agasa, namun tak
ada jawaban.
‘Kemana Hakase pergi?’ Conan bertanya-tanya. ‘Ah, mungkin saja Putri Pengantuk
itu ada di rumah, aku cari saja dia’ Conan pun berbalik dan segera mencari
Haibara.
”Haibara ... Haibara … !!” Conan segera mencari Haibara ke seluruh
penjuru rumah, namun hasilnya nihil karena Haibara juga tidak ada di rumah.
‘Kemana mereka berdua? Apa sedang pergi?’ Conan masih bertanya-tanya saat
kemudian dia menyadari kalau jarak pintu-pintu di rumah Profesor ke kepalanya
menjadi dekat.
“Tidak!! Jangan bilang kalau … ” Conan pun berlari ke cermin terdekat dan
mendapati wajah Shinichi Kudo terpantul di cermin itu.
‘Bagaimana? … ‘ Conan --Shinichi-- terkejut mendapati dirinya sudah
kembali ke wujud siswa SMA. Ingatannya pun melayang ke beberapa jam yang lalu.
-----------
Conan berlari tergesa-gesa ke rumah
Profesor Agasa. Ia baru saja mendapat telepon dari Haibara yang mengatakan
kalau Haibara baru saja membuat antidote baru.
“Kalau kau mau mencobanya,
kemarilah!” kata Haibara saat di telepon.
Conan pun dengan segera berlari ke
rumah Profesor tanpa memperdulikan demam di tubuhnya yang masih tinggi. Yang
ada di pikirannya hanyalah ia harus segera mendapatkan antidote itu dan kembali
ke wujud Shinichi Kudo. Secepatnya!
Nampaknya, ia masih sedikit
terganggu dengan kejadian kemarin sore saat Ia, Ran, dan Sonoko berada di
klinik dr. Araide. Ia masih mengingat dengan jelas ucapan Sonoko yang
terus-menerus ingin menjodohkan Ran dengan dr. Araide, yang hanya dijawab
dengan muka blushing Ran dan tawa dr. Araide. Conan yakin, Ran akan menolak dr.
Araide dan tetap menunggunya. Tetapi, siapa yang tahu hati manusia? Siapa yang
menjamin kalau Ran akan tetap menunggunya di tengah kondisinya yang serba belum
pasti ini? Conan membuang jauh-jauh pemikiran itu.
‘Tidak, aku yakin aku pasti bisa
kembali lagi menjadi Shinichi Kudo’ ucap Conan meyakinkan dirinya sendiri.
Dan di sinilah dia sekarang, rumah
Profesor Agasa. Diawali sedikit adu mulut dengan Haibara karena Haibara sempat
menolak memberikan antidote karena alasan demam yang masih tinggi, Conan pun
mendapatkan apa yang dia inginkan. Segera saja Conan masuk ke kamar mandi dan
meminum antidote itu. Saat obat itu tertelan sepenuhnya Conan merasakan sakit
yang luar biasa, seperti yang sering Ia rasakan. Tetapi, keampuhan obat itu
terbukti, karena tak lama kemudian sudah tidak ada lagi Conan Edogawa di dalam
situ, melainkan berubah wujud menjadi Shinichi Kudo. Conan tersenyum puas.
Begitu ia keluar dari kamar mandi, ia sudah berencana pergi ke SMA Teitan untuk
mengejutkan teman-temannya. Namun, saat melihat jam masih menunjukkan pukul 11,
ia mengurungkan niatnya.
‘Percuma saja aku ke sekolah
sekarang, nanti saja setelah jam siang dimulai aku akan ke sekolah’ ucap
Shinichi dalam hati. Dan dia pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang
tamu Professor sambil menanti jam siang.
-----------
Shinichi membawa ingatannya kembali ke masa kini.
‘Benar juga!! Aku kan memang minta pada Haibara untuk membuatkan antidote untukku. Tetapi, dimana dia
sekarang?’ tanya Shinichi dalam hati.
Shinichi menyerah mencari dua orang itu dan segera menuju ke SMA Teitan
karena sebentar lagi jam siang akan segera dimulai. Shinichi berjalan melewati
rumahnya dan menyadari kalau pohon di depan rumahnya menjadi lebih tinggi.
“Huh … Ini hanya perasaanku atau pohon ini memang menjadi lebih tinggi?”
Shinichi berhenti sebentar untuk berpikir namun segera mengabaikannya dan
mempercepat langkahnya menuju SMA Teitan.
Setelah beberapa menit berjalan Shinichi mulai memasuki kawasan perkotaan
Beika. Shinichi melihat sekelilingnya dengan heran dan bingung. Dia merasa
asing berada di tempat itu. Meskipun dia sudah sejak kecil hidup di situ.
‘Aneh … Aku tak pernah ingat kalau di sini ada bangunan seperti ini.
Memangnya kapan mereka merenovasi toko?’ Shinichi bertanya-tanya. ‘Ah, mungkin
terasa aneh karena selama ini aku melihatnya dari sudut pandang Conan. Ya pasti
begitu!’ Shinichi merasa mendapatkan jawaban dari kebingungannya dan bergegas
melanjutkan perjalanannya ke sekolah.
Dia tiba di sekolah 30 menit sebelum jam siang dimulai. Dia pun segera
menuju ke lokernya dan bermaksud mengganti sepatunya.
‘Pasti orang-orang akan terkejut melihatku muncul … ’ Shinichi
membayangkan tanggapan yang akan diberikan teman-temannya saat melihat ia
kembali. Tanggapan dari guru-gurunya, dan tak lupa dari para fans nya. Mereka
pasti akan sangat mengelu-elukannya. Shinichi senyum-senyum sendiri saat
membayangkannya. Shinichi pun bergegas
menuju ke lokernya. Dia masih ingat betul letak lokernya, walaupun ia sudah
berbulan-bulan tidak pergi ke sekolah.
‘Ah ini dia … ‘ Shinichi menuju ke lokernya dan bermaksud mengganti
sepatunya dengan sepatu khusus. Namun begitu dia membuka loker itu betapa
terkejutnya dia karena ternyata loker itu sudah terisi sepatu seseorang.
‘Lho ini benar lokerku kan? Kenapa sudah terisi? Apa seseorang memakainya
selama aku menghilang?’ Shinichi bertanya-tanya. Namun, akhirnya dia tidak
memperdulikannya dan segera menuju ke kelasnya 2-B dengan memakai sandal.
Shinichi berjalan menyusuri lorong kelasnya dengan langkah terburu-buru.
Samar-samar dia masih mendengar gurauan dari ruang kelasnya.
‘Berarti mereka belum masuk. Ini saat yang tepat untuk memberi kejutan.’
Shinichi pun berdiri di depan pintu dan mempersiapkan suaranya (?). Shinichi
membuka pintu kelasnya dan menyapa seluruh penghuni kelas dengan penuh
semangat.
“Konnichiwa Minna … !!” Shinichi menyapa diiringi dengan senyuman.
Mendadak seluruh kelas terdiam dan memandang ke arah Shinichi sesaat lalu
mereka melanjutkan aktivitas mereka lagi. Shinichi merasa keheranan dengan
sikap mereka yang cuek dan seolah tidak memperdulikan dirinya, padahal dia
sudah lama tidak muncul. Dia menatap teman sekelasnya dan menyadari satu hal
yang menambah keterkejutannya.
‘Wajah-wajah ini … Tak ada satu pun dari mereka yang ku kenal’ Shinichi
hanya dapat terpana. Ia keluar lagi dan memastikan kalau ia tidak salah kelas.
‘Ini benar kelas 2B kok, tapi siapa mereka?’ Shinichi berpikir kembali namun
akhirnya dia mengabaikannya dan ia pun memutuskan untuk mencari Ran terlebih
dahulu.
Shinichi berjalan menyusuri koridor ruang klub. Dia bermaksud menemui Ran
di ruang klub karate, namun sayangnya pintu ruang karate terkunci. “Huh,
terkunci? Apa tidak ada orang di dalam?” tanya Shinichi sambil berusaha membuka
pintu ruang karate saat pandangannya tertuju pada pintu ruangan di sebelah
ruang karate yang bertuliskan ‘Klub
Detektif’.
“Hah … Memangnya sejak kapan di sini ada klub detektif?” Shinichi pun
memutar kenop pintu tersebut dan masuk ke ruangan itu. Ternyata, ruangan itu
tidak kosong. Di dalam ruangan itu terdapat tiga orang siswa yang sedang duduk
dan mereka menoleh saat pintu itu terbuka serta tersenyum melihat siapa yang
datang.
“Ah … Akhirnya kau datang juga” Ucap seorang --satu-satunya gadis manis
di ruangan itu senang.
“Tuh kan dugaanku benar. Dia pasti makan siang di luar saat istirahat
tadi.” Ucap seseorang bertubuh gemuk sambil terkekeh.
“Kukira kau menghilang karena menyelidiki kasus diam-diam seperti
biasanya, eh?” Kata seseorang dengan bintik di wajahnya dengan nada menyindir.
Sedangkan orang yang menjadi bahan pembicaraan tersebut --Shinichi hanya
terbengong keheranan. Sekarang wajah ketiga orang itu terlihat jelas, wajah
yang sudah tidak asing lagi baginya. Wajah yang dalam beberapa bulan terakhir
ini sering berada di dekatnya. Wajah dari ‘teman’
sepermainannya belakangan ini. Wajah Ayumi, Genta dan Mitsuhiko. Hanya saja
kali ini ada yang berbeda, mereka tidak dalam wujud anak-anak lagi, melainkan
sebagai siswa SMA, sama seperti dirinya. Shinichi terkejut hingga tak mampu
berkata-kata saat satu-persatu teman-temannya mengerubunginya.
“Ah, Conan-kun, selamat datang!” Sambut Ayumi sambil tersenyum manis.
“Conan … Conan … Apa kau lupa kalau setiap Selasa kita selalu makan
bersama di ruang klub?” Genta sedikit sebal.
“Aku benar-benar berfikir kau pergi karena menyelidiki kasus diam-diam
lagi, Conan!” Mitsuhiko memandangnya dengan pandangan menyelidiki.
Lalu, detik kemudian dia melihat mereka tertawa riang. Shinichi terkejut.
‘Tunggu … Tadi mereka memanggilku Conan? Mustahil! Aku ini Shinichi Kudo,
bukan Conan Edogawa. Tapi mengapa mereka juga ikut menjadi siswa SMA?’ Shinichi
bertanya dalam hati. Kesadarannya kembali saat melihat Ayumi mendekat
kepadanya.
“Hmm … Aku rasa ada yang aneh denganmu hari ini, Conan-kun!” Ayumi mendekati
Shinichi dan mengamati wajah Shinichi dengan serius. Shinichi sedikit terkejut
mendapati Ayumi bersikap seperti itu. Dia sedikit menjauh karena mendapati
wajah Genta dan Mitsuhiko yang sudah berubah horror melihat ini.
“Ah aku tahu … !!“ Ayumi bersorak. “Kau lupa memakai kacamatamu Conan-kun!”
Seru Ayumi saat melihat kacamata yang berada di saku blazer Shinichi. Ayumi mengambil kacamata itu dan memakaikannya
pada Shinichi. “Nah … Sekarang kau lebih terlihat seperti dirimu sendiri,
Conan-kun.” Ayumi tersenyum manis pada Conan.
Shinichi hanya cengo. Dia menatap cermin yang tergantung di sebelahnya.
Memandang pantulan wajahnya. Wajahnya memang wajah Shinichi Kudo, tidak salah
lagi. Tetapi, melihat pantulan dirinya yang sekarang memakai kacamata, dia tak
menyangkal kalau sekarang yang sedang dilihatnya adalah wajah Conan Edogawa.
‘Ini pasti hanya mimpi. Dan mimpi ini dimulai saat aku terbangun di rumah
Hakase tadi!’ Shinichi berusaha menyadarkan dirinya dengan menyubit pipinya dan
Shinichi sedikit mengernyit karena pipinya terasa sakit. Dia mulai berpikir
kalau kejadian ini nyata. Tetapi hal ini sungguh-sungguh mustahil. Shinichi
menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri.
Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko merasa keheranan melihat Shinichi (atau Conan
dalam pikiran mereka) seperti itu. ‘Ini tidak sepeti dia yang biasanya.’ Batin
mereka bertiga sweatdrop. Sedetik
berikutnya, Shinichi kembali menatap tiga orang di depannya secara bergantian,
seolah Shinichi baru melihat spesies langka.
“Hei kalian, aku ingin bertanya ….” Shinichi memandang ketiga orang di
depannya dengan serius.
Genta, Ayumi dan Mitsuhiko yang masih sedikit keheranan dengan sikap
Conan yang tak biasa hanya berpandangan sekilas dan mengangguk. “Kau ingin
bertanya apa, Conan?” Tanya Genta.
Shinichi menghela nafas sejenak dan kembali memandang ketiga orang itu. “Apakah
kita sekarang sudah kelas dua SMA?” Shinichi menanyai mereka dengan sedikit
memaksa.
Ayumi, Genta dan Mitsuhiko berpandangan dan sesaat kemudia tawa mereka
pun lepas.
“Hahahahahaha … !!!” mereka tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai
mengeluarkan air mata.
Shinichi hanya bisa mematung. ‘Kenapa mereka tertawa seperti kesetanan
begitu?’ Shinichi tak habis pikir.
“Hei kalian, jawab pertanyaanku … “ Shinichi sedikit membentak mereka
bertiga.
Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko pun berhenti tertawa dan kembali menatap
Shinichi.
“Kenapa? Tentu saja karena itu memang yang seharusnya, Conan.” Mitsuhiko
memandang Shinichi dengan tatapan heran.
“Kenapa kau bertanya seperti itu, Conan? Apa kepalamu baru saja terbentur
sesuatu setelah kau pergi makan siang diam-diam tadi?” Genta menjawab dengan
sedikit menyindir.
“Kau baik-baik saja kan, Conan-kun?” Ayumi memandang Shinichi dengan
sedikit cemas.
Shinichi hanya menggeleng pelan. ‘Tidak! Aku tidak baik-baik saja! Ada
yang salah di sini!’
Belum hilang rasa terkejut Shinichi sebuah suara mengagetkannya.
“Permisi! Bisa kau minggir sedikit! Kau menghalangi jalan!” suara yang
tak asing di telinga Shinichi, yang diucapkan dengan nada sinis seperti
biasanya.
Shinichi menoleh ke belakang dan mendapati Ai Haibara bukan dalam sosok
anak kecil berumur 8 tahun lagi. Tetapi menjadi wujud Shiho Miyano, hanya saja
dengan seragam SMA Teitan, sama seperti dirinya.
“Ha-Haibara … “ Shinichi terkejut mendapati Haibara juga bersekolah di
SMA Teitan.
Shinichi memandang Haibara cukup lama, membuat Haibara tersadar dan
memandang Shinichi dengan heran.
“Kenapa denganmu, Edogawa-kun?” Haibara menatap wajah Shinichi tepat di
depannya. Shinichi sempat terkejut dan menggeleng pelan. Haibara hanya
mengangkat bahu dan duduk serta mulai membuka bukunya.
Sementara Ayumi, Genta dan Mitsuhiko berbincang dengan Haibara, Shinichi
kembali memikirkan asumsi-asumsi yang muncul di kepalanya. Mengapa pohon di
depan rumahnya terlihat lebih tinggi? Mengapa banyak bangunan baru yang tidak
ia ketahui muncul di Beika? Mengapa teman-teman yang seharusnya sekelas
dengannya justru tak dikenalnya sama sekali. Shinichi mempunyai sebuah dugaan,
namun ia berusaha menyangkalnya. Ia lalu menuju ke tempat Haibara, dengan
sedikit memaksa ia mengajak (lebih tepatnya menyeret) Haibara untuk ikut keluar
dengannya. “Ikut aku, Haibara! Ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan padamu!”
Ayumi, Genta dan Mitsuhiko hanya memandang dua orang itu dengan tatapan
bingung.
Shinichi membawa Haibara ke bagian belakang gedung sekolahnya.
“Jelaskan padaku apa yang sebenarnya telah terjadi?” Shinichi sedikit
membentak Haibara. “Mengapa aku yang harusnya menjadi Shinichi Kudo tetap
menjadi Conan Edogawa dan juga kenapa kita yang seharusnya menjadi murid kelas
satu SD bisa menjadi siswa kelas dua SMA?”
Haibara menatap Shinichi dengan heran. “Aku tidak terlalu mengerti dengan
apa yang kau bicarakan. Tetapi, aku dapat menjelaskan padamu apa yang sudah
terjadi selama sepuluh tahun terakhir ini.”
Shinichi mendengarkan ucapan Haibara. Haibara pun memulai penjelasannya.
“Kita belum bisa menyelesaikan masalah Organisasi sampai saat ini, hingga tanpa
sadar SMP dan SMA pun terlewati.”
Shinichi terkejut mendengarnya, Haibara lalu meneruskan penjelasannya.
“Pada waktu itu, kau berulang kali kembali menjadi Shinichi Kudo dengan antidote APTX-4869 yang ku buat. Hingga
akhirnya tubuhmu dengan sendirinya membentuk kekebalan terhadap antidote itu dan kau sudah tidak dapat
kembali lagi dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini.” Haibara sedikit
menekankan kalimat terakhir itu. Shinichi benar-benar terkejut sekarang. Dia
tidak ingin percaya dengan apa yang dikatakan Haibara.
“Kelihatannya kau benar-benar kaget. Apa kau kehilangan ingatanmu
sepanjang istirahat makan siang?” Haibara menanyai Shinichi. “Kelas siang akan
segera dimulai. Tetapi, aku rasa kau lebih baik pulang dan beristirahat.” Kata
Haibara sambil berlalu meninggalkan Shinichi yang masih termenung sendirian.
Shinichi lalu berjalan pulang dengan lunglai. Dia masih tidak percaya
dengan perkataan Haibara.
‘Kalau itu benar terjadi, berarti selamanya aku akan tetap menjadi Conan
dan tak akan kembali menjadi Shinichi Kudo, huh? Benar-benar menyedihkan!’
Shinichi tersenyum getir menghadapi kenyataan ini.
Shinichi masih terus berjalan saat kemudian ia melihat siaran berita
tentang wawancara terhadap seorang detektif terkenal dari Naniwa, Heiji Hattori.
Shinichi langsung berhenti dan melihat siaran berita itu. Di berita itu
diceritakan bahwa Heiji saat ini sudah sering membantu polisi memecahkan banyak
kasus, namanya pun makin terkenal di seluruh Jepang. Bahkan saat ini Heiji
sudah membuka Kantor Detektifnya sendiri. Shinichi memandang layar besar di
depannya yang menampilkan Heiji Hattori yang sudah berumur 27 tahun dan di
sebelahnya juga ada Kazuha. Penyiar berita masih terus mewawancarai Heiji dan
men`nyai rencana pernikahan Heiji dan Kazuha yang dijawab dengan memerahnya
wajah mereka berdua.
Shinichi menatap layar di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Antara sedih dan kecewa. Dia juga seharusnya ada di posisi yang sama dengan
Heiji sekarang. Sudah bekerja, menjadi Detektif yang sesungguhnya dan bahkan
mungkin mulai membicarakan rencana pernikahannya dengan Ran. Seharusnya dia
sudah menjadi pria dewasa sekarang. Bukan terkurung dalam tubuh siswa SMA
seperti ini. Shinichi merasa sakit memikirkannya. ‘Seandainya aku tak pernah
bertemu dengan organisasi hitam itu, mungkin nasibku tak akan jadi seperti ini
sekarang.’ Shinichi kembali meneruskan perjalanan pulangnya, menuju Kantor
Detektif Mouri, rumah tempatnya tinggal selama sepuluh tahun terakhir ini.
“Bahkan tempat ini pun terlihat semakin tua.” Kata Shinichi begitu tiba
di situ. Dia pun segera naik ke atas dan masuk ke dalam rumah, saat mendapati
kalau Sonoko tengah berkunjung ke situ dan Kogoro tengah minum-minum. “Lihat
siapa yang datang? Kau pulang ke rumah lebih awal hari ini, huh? Kau pasti
kabur di tengah jam siang ya?” kata sambutan Kogoro untuk Shinichi yang baru
tiba.
Shinichi hanya memandang Kogoro dengan sweatdrop, ‘Paman tidak pernah berubah ya … ‘
“Kelihatannya anak nakal ini memang kabur dari jam siang. Yah, aku tak
berada di posisi di mana aku bisa mengguruimu, karena dulu aku juga sering
melakukannya.” kali ini ganti Sonoko yang berbicara.
‘Sonoko … ‘ Bahkan Sonoko terlihat lebih dewasa sekarang. Sonoko
mengalihkan pandangannya ke Kogoro, “Hei Paman, jangan terlalu banyak minum!”
Sonoko memarahi Kogoro.
“Diamlah! Sekarang setelah Yoko-chan pensiun karena menikah, inilah
satu-satunya hiburanku saat ini!” Kogoro menjawab dengan air mata yang
bercucuran. “Ah aku juga jadi ingin minum sedikit.” Sonoko menuju kulkas untuk
mengambil sekaleng bir.
‘Mereka berdua bahkan tidak merasa aneh tentang keberadaanku. Itu wajar
karena aku sudah menumpang di sini selama sepuluh tahun. Apa aku memang
benar-benar amnesia?’ Shinichi menghembuskan nafasnya.
“Oh iya, ngomong-ngomong soal pernikahan, akhirnya Ran membuat
keputusannya kan?” Sonoko memulai pembicaraan kembali. “Akhirnya dia memutuskan
untuk menikah dengan Araide-sensei kan?” ucap Sonoko senang yang hanya dibalas dengan wajah sebal Kogoro
dan keterkejutan Shinichi.
“Menikah dengan Araide-sensei?” Shinichi sedikit berteriak karena
terkejut.
“Kenapa kau kaget begitu? Bukannya kau juga tau soal Araide-sensei yang
melamar Ran dua tahun yang lalu? Tetapi Ran masih tetap menunggu Shinichi-kun,
yang tak pernah kembali. Untuk mengobati perasannya, Ran bilang dia akan pergi
ke tempat di mana dia pernah menghabiskan kenangannya bersama Shinichi-kun.” Sonoko
kembali bercerita. Shinichi hanya terdiam tak mampu berkata-kata. Perkataan
Sonoko menohok perasaannya. Dia tahu dia telah menyakiti Ran dengan membuatnya
terus menunggunya selama sepuluh tahun ini. Tetapi, untuk merelakan Ran dengan
orang lain rasanya tak mungkin. Ia benar-benar tak sanggup membayangkan Ran
menikah dengan orang lain selain dirinya.
“Umm … Di mana tempat itu, Sonoko-neechan?” Shinichi menanyai Sonoko.
Sonoko hanya memandang Shinichi dengan heran. “Apa menurutmu aku tahu
tentang itu?”
Setelah mendengar jawaban Sonoko, Shinichi bergegas keluar rumah untuk
mencari Ran.
Shinichi sedikit berlari. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah Tokyo
Tower. Ia masih ingat dengan jelas kenangan yang pernah dibuatnya di sini
dengan Ran. Saat itu sepulang sekolah mereka berdua kemari dan melihat Kota
Tokyo melalui teropong pandang di lantai atas. Shinichi masih ingat, bagaimana
dia memberikan cola kepada Ran, yang dijawab oleh senyuman manis Ran. Shinichi
sedih saat mengingat kenangan itu. Shinichi mencari di sekeliling namun tak
berhasil menemukan sosok Ran. Ia pun melanjutkan pencariannya ke tempat
berikutnya.
Tempat kedua yang ia datangi adalah Tropical Land. Tempat ini adalah
tempat kenangan yang paling ingin dilupakan Shinichi. Karena di tempat inilah
ia terakhir kali bertemu dengan Ran. Di tempat inilah ia bertemu dengan Gin dan
Vodka yang lantas mengecilkan tubuhnya yang membuatnya harus meninggalkan Ran
dan memaksa Ran untuk terus menunggu dirinya, yang bahkan tak tau kapan
Shinichi dapat kembali ke wujud semula. Shinichi merasakan perasaan sakit saat
melewati tempat ini. Dia terus mencari Ran, namun Ran juga tak ada di sini.
Tempat ketiga yang didatangi Shinichi adalah restoran di puncak Beika
Tower, tempat di mana ia pernah mengajak Ran makan malam dan bermaksud melamar
Ran , persis seperti orangtuanya dulu. Namun, sayangnya hal itu gagal karena
lagi-lagi ada kasus, dan ia berubah kembali menjadi Conan setelah kasus selesai
sebelum ia sempat mengatakan apa-apa pada Ran. Shinichi memandang sekelilingnya
saat ia menemukan sosok dengan gaun hijau yang sedang membelakanginya. Sosok
itu begitu mirip dengan Ran. Shinichi tersenyum senang dan mendekat. Namun,
begitu sosok itu menoleh, ternyata itu bukan Ran. Shinichi kecewa dan
melanjutkan pencarian ke tempat selanjutnya.
Hari sudah sangat malam saat ia berjalan menuju ke rumahnya, rumah
Shinichi. Shinichi yakin kalau Ran berada di sana saat ini. Dugaannya benar,
karena ia melihat pagar rumahnya terbuka dan mendapati sepatu Ran di depan saat
ia masuk ke dalam rumahnya. Ia segera mencari Ran, dan pencariannya berhenti di
ruang perpustakaan rumahnya saat ia mengetahui ada sesosok bayangan sedang
berdiri di tempat itu. Shinichi masuk dan bermaksud menyalakan lampu ruangan
itu saat ia mendengar suara Ran yang mencegahnya. “Jangan nyalakan lampunya,
Conan-kun. Aku tak ingin kau melihatku menangis.” suara Ran bergetar menahan
tangisannya. Ran segera menghapus air matanya dan berbalik menghadap ke
Shinichi. “Tempat ini banyak berisi kenangan antara aku dan Shinichi.” Ran
berkata dengan senyuman manisnya yang biasa. Tetapi, Shinichi tahu bahwa itu
hanyalah senyuman palsu Ran. Shinichi tahu bahwa perasaan Ran pasti sangat
sakit, dan ia merasa bersalah karena dialah Ran menjadi begini.
Shinichi kemudian bertanya pada Ran, “Apakah kau jadi menikah dengan
Araide-sensei?” Shinichi bertanya dengan pelan dan lalu berkata dengan sedikit
keras, “Jangan melakukannya! Jangan!” Shinichi berjalan menghampiri Ran.
“Jangan menikah dengannya!”
Ran mendongak menatap Shinichi dan bertanya, “Mengapa tidak?”
Shinichi terdiam sesaat sebelum ia melanjutkan, “Karena aku … Aku akan
merasa tidak nyaman dengan itu … ” Shinichi menjawab sambil tertunduk sebelum
ia melanjutkan kembali perkataannya, “Karena aku … Aku adalah Shinichi Kudo.”
Shinichi berkata sambil melepas kacamatanya. “Jadi ku mohon, jangan menikah!”
Ran terkejut melihat pemandangan di depannya. Conan yang ada di depannya
ini sangat mirip dengan Shinichi, apalagi dengan seragam SMA seperti itu. Ran
terus menatap mata Shinichi, begitu pula dengan Shinichi. Ran tersenyum dan
mendekat ke Shinichi.
“Bahkan walaupun kau kini sudah menjadi siswa SMA, kau menjadi semakin
mirip dengannya.” kata Ran sambil tersenyum.
“Itu karena … Aku tidak mirip dengannya. Aku memang dia!” Shinichi
berusaha meyakinkan Ran kalau dia memang benar-benar Shinichi, bukan Conan.
“Terima kasih karena sudah mengatakan hal yang membuat perasaanku lebih
baik.” Ran berkata sambil tersenyum ke arah Shinichi. “Tetapi, Conan-kun … ”
Ran mengambil kacamata dalam genggaman Conan. “Aku sudah mengambil keputusan …
” Ran berkata sambil memakaikan kacamata ke Shinichi. “Aku sudah menunggu
selama sepuluh tahun … “ Ran berhenti sejenak, “ … Jadi, sepuluh tahun yang
lainnya, tak akan masalah. Aku akan menolak lamaran Araide-sensei besok.” Ran
tersenyum pada Shinichi. Dan kali ini Shinichi tahu kalau itu adalah senyum
tulus Ran.
‘Ran … ‘ Shinichi ikut tersenyum mendengar perkataan Ran. Dalam hati ia
benar-benar senang Ran masih bertekad menunggunya, entah sampai kapanpun.
Walaupun kini Shinichi tahu harapannya untuk kembali ke kehidupan normalnya
sudah sangat tidak mungkin. Tetapi, mengetahui orang yang kau cintai tetap
menantimu walau apapun yang terjadi padamu.Wwalau bagaimanapun keadaanmu nantinya.
Walau masa depan belum tentu jelas, kau pasti akan senang. Kau merasa
memperoleh kekuatan untuk terus menjalani hidupmu, walaupun terasa berat. Dalam
hati Shinichi benar-benar berterimakasih kepada Ran. ‘Arigatou, Ran … ‘
“Ran … Aku benar-benar … “ Shinichi bermaksud mengatakan sesuatu kepada Ran saat tiba-tiba ia merasakan dadanya sakit sekali. Tubuhnya pun menjadi panas. Shinichi sampai jatuh tersungkur di kaki Ran dan membuat Ran sempat panik. ‘Tubuhku panas. Apa yang terjadi?’ dan setelah itu semuanya menjadi gelap.
“Ran … Aku benar-benar … “ Shinichi bermaksud mengatakan sesuatu kepada Ran saat tiba-tiba ia merasakan dadanya sakit sekali. Tubuhnya pun menjadi panas. Shinichi sampai jatuh tersungkur di kaki Ran dan membuat Ran sempat panik. ‘Tubuhku panas. Apa yang terjadi?’ dan setelah itu semuanya menjadi gelap.
Shinichi terbangun dalam keadaan nafas yang terengah-engah, bercucuran
keringat, seragam SMA yang kebesaran dan tubuh yang sudah kembali menjadi
Conan. Ia mendapati dirinya berada di ruang tamu Profesor Agasa dengan Haibara
yang duduk di depannya.
“Tiga jam dua puluh menit.” ujar Haibara sembari melihat jam. “Lebih
pendek 20 jam daripada biasanya. Yah, kelihatannya percobaan ini juga berakhir
dengan kegagalan.”
“Apakah kau sudah meneliti efek antidote
itu?” Shinchi bertanya pada Haibara dengan nafas yang masih terengah-engah.
“Ya. Bahkan walaupun kau benar-benar kembali setelah meminum antidote itu, kau menjadi tidak sadarkan
diri dan bermimpi buruk setelahnya. Mungkin kau juga mengalami halusinasi
karena suhu tubuhmu sangat tinggi. Meskipun, antidote itu memiliki efek pengurang demam … Tapi kelihatannya itu
tidak begitu efektif karena suhu tubuhmu terlalu tinggi. Aku memperoleh data
yang berharga karenamu.” Haibara mengakhiri penjelasannya.
“Aku benar-benar lelah.” Shinichi mengeluh. Namun, dia benar-benar
bersyukur semua kejadian tadi hanya mimpi. Dia tak pernah benar-benar
membayangkan seandainya dia benar-benar tak bisa kembali lagi menjadi Shinichi
Kudo. ‘Itu tak akan terjadi! Pasti! Aku akan segera memusnahkan organisasi
hitam itu dan kembali padamu, Ran! Jadi, tunggulah aku sampai saat itu tiba … ’
tanpa sadar Shinichi tersenyum sendiri.
“Kenapa lagi denganmu, Kudo-kun?” Haibara memandang Shinichi dengan heran
karena melihat Shinichi senyum-senyum sendiri.
“Tak apa-apa. Oh, aku akan beristirahat di sini dulu.” Shinichi pun
kembali terlelap, namun kali ini dengan wajah yang damai.
“Dasar detektif aneh!” Haibara meninggalkan Shinichi yang tertidur dan
menuju ke Laboratorium bawah tanah.
…
TAMAT …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar